Opini oleh: Saiful Huda Ems*)
Baru beberapa hari yang lalu, teman saya yang jadi Wakil
Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker), Immanuel Ebenezer ini saya chat ke WA nya,
dan saya bilang padanya:"sejak jadi pejabat kok jadi sombong dan pelit
gini?". Dia tidak membalas chat saya, hingga dalam hati saya berkata:"Wah,
biasanya teman yang begini tidak lama lagi akan masuk bui".
Ternyata, tidak ada panas tidak pula ada hujan, tiba-tiba di
hari ini tersiar berita di berbagai media tanah air:"Wamenaker Immanuel
Ebenezer terkena OTT KPK !". Sedangkan media yang lainnya memberi judul
dalam pemberitaannya:"KPK sita puluhan kendaraan dari OTT KPK, Immanuel
Ebenezer".
Waowww...sungguh sama sekali saya tidak pernah menyangka,
teman yang akrab disapa Noel ini, begitu kaya raya dan suka main palak
perusahaan-perusahaan. Ya, pada hari Rabu (20/08/25) malam kemarin, Noel
ternyata benar-benar telah terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK !.
Saya benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa teman
yang saya pikir terlihat sederhana penampilannya ini, ternyata mempunyai jiwa
keserakahan yang luar biasa. Sudah digaji ratusan juta rupiah perbulan, namun
masih juga menyalah gunakan kekuasaannya.
Terus terang saja, dahulu saya sempat membelanya ketika dia
diserang habis-habisan oleh teman-teman sesama relawan Jokowi, karena saya
anggap dia memiliki prinsip tersendiri, ketika dia membela Munarman. Meskipun
saat itu saya kontra dengan Munarman, namun saya juga tidak keberatan jika Noel
membela Munarman dengan argumentasinya yang kuat.
Namun ketika saya lihat Noel mulai suka berubah-ubah, tidak
konsisten dengan pilihan politiknya sendiri, seperti dahulu dia mendukung
Ganjar Pranowo namun kemudian tiba-tiba berbalik mendukung Prabowo-Gibran, saya
mulai tau, bahwa dia hanyalah seorang "pemain".
Bahkan lucunya, ketika Prabowo-Gibran menang dan belum
mengumumkan siapa-siapa calon menteri-menterinya, Noel sempat menelpon ke saya
dan mengajak saya melawan Prabowo, kalau saja Presiden terpilih (Prabowo) tidak
menjadikan kami (Noel dan Saya) Menteri atau setidak-tidaknya Wamen.
Lucunya, ketika saya jawab:"Sampai detik ini saya tidak
punya keinginan untuk menjadi Menteri, Wamen apalagi Komisaris. Saya lebih
ingin fokus menyuarakan suara kebatinan rakyat marginal, dhuafa ".
Tiba-tiba Noel berhenti menelpon saya dan dia bilang lagi ditelpon orang
istana. Tak seberapa lama kemudian tersiar kabar, Noel menjadi Wamenaker.
Itulah karakter yang sesungguhnya dari Noel, plin plan, tak
memiliki prinsip, mudah berubah-ubah dan berpolitik hanya sebagai alat untuk kepentingan
pribadinya saja. Maka tak heran jika Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto pernah
menyebutnya "Isuk kedele sore tempe"., ketika Noel tiba-tiba
menyebrang dari pendukung Ganjar Pranowo menjadi pendukung Prabowo Subianto
menjelang Pilpres 2024.
Bukannya Noel melakukan kontemplasi dan sadar diri, Noel
malah bicara secara terbuka menyerang Hasto Kristoyanto dengan pernyataannya:
“Kita enggak butuh pemimpin bermental korup, jangan sampai nanti pagi Masiku,
siangnya Hasto.”
Lalu ketika proses hukum terhadap Hasto di PN Jakpus sama
sekali tidak menemukan bukti, bahwa Hasto terlibat dalam kasus Harun Masiku,
muka Noel mau disembunyikan kemana? Malu sendiri kan? Hasto sekarang bebas
melalui amnesti yang diberikan oleh Presiden Prabowo, yang diklaim Noel sebagai
bosnya sendiri. Namun sekarang Noel,
justru yang malah menunggu masuk bui. Tragis sekali bukan?
Noel juga pernah membabi buta menyerang PDIP, bahwa PDIP
sebagai partai besar seharusnya menyampaikan gagasan besar, bukan narasi
ketakutan:
“Partai besar… pasti bicara tentang gagasan‑gagasan
besar… tidak ambekan‑ambekan dan
perasaan‑perasaan.”
Dia mengejek PDIP untuk lebih rasional, bukan emosional,
agar suasana demokrasi menjadi lebih riang gembira.
Kenyataannya sekarang bagaimana? Meskipun Sekjen PDIP, Hasto
Kristiyanto dikriminalisasi melalui KPK, PDIP tetap tenang, tidak pernah
mengobarkan perlawanan terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran. Bahkan Ketua Umum
PDIP, Ibu Megawati Soekarnoputri, berkali-kali menginstruksikan semua
kader-kadernya untuk mendukung Pemerintahan Prabowo Subianto !.
Dalam suatu waktu, saat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
menyatakan:" Jika Jokowi ingin bertemu Megawati, “harus” terlebih dulu
menemui kader ranting, Noel juga menanggapi sinis:
“Katanya kita butuh sosok negarawan? Kok perilakunya seperti
preman jalanan yang penuh dengan sinisme?”
Ia meminta PDIP untuk berhenti sinis dan memberi contoh
positif, terutama di momen Idulfitri.
Pernyataan Noel yang semacam ini sangat memojokkan PDIP,
seolah-olah PDIP itu bersikap seperti preman, padahal yang sebenarnya terjadi,
Noel tidak mampu memahami suasana kebatinan kader-kader PDIP yang telah
dikhianati oleh Jokowi, hingga PDIP seolah meminta pada Jokowi untuk insyaf
dengan cara meminta maaf terlebih dahulu pada kader-kader PDIP mulai dari
tingkat ranting.
Noel kini telah menghadapi persoalannya yang mencekam,
tertangkap tangan KPK dan berdebar-debar menunggu status hukumnya, sebagai
tersangka yang akan segera diumumkan. Setelah itu Noel akan menjalani proses
persidangan yang panjang dan meletihkan, lalu masuk penjara yang gelap.
Noel bukan akan menjadi Tahanan Politik sebagaimana Hasto
Kristiyanto yang dahulu sering diserangnya, namun Noel akan menjadi Tahanan
Koruptor yang namanya akan tercoreng di lembaran sejarah, mantan Aktivis
Mahasiswa masuk bui karena serakah dan korup ! Tragis !...(SHE).
*) - Lawyer, Jurnalis,
Analis Politik dan Aktivis '98